12 Des 2017

XL ikut investasi proyek USD 170 juta kabel laut jaringan global


Indonesia memiliki tipikal masyarakat yang unik. Apalagi soal akses mengakses internet. Barangkali, hampir 100 persen, aplikasi-aplikasi luar negeri kerap digunakan para pengguna internet di republik ini. Karakter tersebut, berdampak juga terhadap operator telekomunikasi.

Untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya, mereka rela menggeber akses kebutuhan trafik ke luar negeri. XL Axiata, misalnya. Tak tanggung-tanggung, operator yang identik warna biru ini, turut berinvestasi bersama Vocus Group dan Alacatel Submarine untuk membangun Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Australia – Indonesia – Singapura.

Sebagaimana diketahui, Singapura merupakan jalur utama untuk menyalurkan trafik dari Indonesia ke jaringan global. Terlebih jalur tersebut, rawan dengan gempa bumi. Nantinya, dengan rampungnya SKKL itu, adalah sebagai rute alternative melalui Australia yang saat ini masih sangat terbatas, juga akan mengurangi ketergantungan terhadap Singapura.

Sejauh ini, proses pembangunan jaringan sepanjang 4.600 km masih berjalan sesuai rencana. Dan akan mulai beroperasi pada kuartal ketiga tahun 2018. Pembangunan SKKL, dikatakan Chairman Vocus Group, Vaughan Bowen, menghabiskan dana sekitar USD 170 juta. Sayangnya, ia tak mau menjelaskan berapa kontribusi XL Axiata dari total investasi itu.

“Tapi XL juga menyiapkan hal-hal teknis lainnya seperti landing station dan lain sebagainya,” ungkap Bowen di Jakarta, Senin (11/12).

Menurut Presiden Direktur & CEO of XL Axiata, Dian Siswarini, keberadaan SKKL Australia–Indonesia-Singapore ini merupakan sarana infrastruktur yang sangat strategis bagi perkembangan industri dalam negeri. Karena, menyediakan konektifitas berkapasitas besar ke Singapura dan terutama ke Australia yang selanjutnya bisa menjadi jalur alternatif ke jaringan global.

“Dengan kapasitas mencapai 30Tb untuk jalur Jakarta dan Singapore serta 20Tb antara Jakarta - Perth, berarti SKKL ini mampu menyediakan kapasitas hingga 6x lipat dari total kapasitas jaringan internasional dari Indonesia yang ada saat ini,” kata Dian.

Di Indonesia sendiri, Anyer wilayah Banten akan dijadikan sebagai titik pendaratan (landing point). SKKL ini juga akan menyediakan alternatif akses internet dari Indonesia ke jaringan global melalui Australia. 

Selain kapasitas yang besar dan rute alternatif selain melalui Singapura, secara teknis keunggulan SKKL ini bisa dilihat dari spesifikasinya, antara lain memiliki 4 Fibre Pairs yang menyediakan fleksibikitas koneksi, monitoring 24 jam, 7 hari seminggu (24/7) dan DC yang menghubungkan antara Australia dan Singapore.


Sumber : Merdeka

0 komentar:

Posting Komentar